Selasa, 14 Desember 2010

senja ngetik enggak penting

12/14/2010 5:42:03 PM
Ujan yang gag berhenti sejak jam satu siang buat aku terpaksa harus menunggu di kampus sampai jam empat sore. Itu hal yang sangat membosankan, tapi mau gimana lagi sekarang cuaca emang lagi meradang. Mau nyuci ntar kalo enggak kering kan males juga. Mau laundry males banget, udah jauh dari kost an mana males banget kalo kudu beranjak dari kasur.
Dari pada nulis status di facebook ato ngetwitt di twitter yang uda jelas² banyak yang tau mendingan nulis aja di blog, setidaknya sedikit yang tau tentang blog ini atao bahkan disimpulkan enggak ada yang tau tentang blog ini ( Oh no! so sad  ). Tepat dua tahun yang lalu emang facebook sedang ramai² nya tapi kalo sekarang mah udah agak² bosen. Udah dewasa, 18 tahun lhooo ( asiiik .. sok tua) jadi ogah deh gitu²an.
Lagipula sekarang banyak banget penghuni dunia maya khususnya jejaring sosial apalagi facebook, heddehh banyak banget anak yang aku anggap di bawah umur udah punya gituan ( aiiiiih.. kayak apa aja). Jaman ku dulu enggak tau apa² tentang hal semacam ini. Jangankan internet aku megang HP pertama kali aja kelas lima eSDe. Jaman kapan ya itu …
Anak² kecil alias belom cukup umur terkadang terlihat seperti ABG yang sedang mencoba hal² baru dan mereka seolah² disulap jadi orang dewasa yang berhak melakukan apa saja yag mereka inginkan. Heran deh…. Jaman bahola aja alias beberapa taon yang lalu hal yang sudah sangat bebas saking kebebasannya dan kebablasen udah agak mengalami pergeseran kedudukan fungsi. anak² kecil yang taunya Cuma maen, sekolah,tidur , makan ini sudah beralih fungsi menjadi calon ABG yang terlalu mendahului… aiiiihhhh bahasanyaaaaaaaaaa
Capek ahh sok serius, nyatanya aku bukan orang yang serius seperti itu ( aseeeeeeeekkk membela diri)
Ahh udah ahh. Capek ngetik diantara tugas yang seabrek ( wahh,,,tumben ngerjain tugas !!! kemajuan dong dong dong )

See ya para pembaca ( siik asiiik asiik kePeDean     )

Selasa, 30 November 2010

oh lama sekali tak posting tulisan di sini, sempet lupa passwordnya sih *dasarbego*
berusaha deh saya mencoba berpikir ratusan kali untuk mengingat-ingat passwordnya, untung deh ini saya orangnya agak pintar ( jangan di protes yaa) jadi ketemu password yang hanya 10 digit itu.

untuk tulisan ini gag berupa materi nih, soalnya belum sempet nulis-nulis, sibuk ! SIBUK TIDUR, MAEN belajar hanya 30% dari waktu yang ada.

satu pelajaran yang aku tangkap beberapa malam yang lalu, itu saja karena cerita teman-teman. kalo urusan dunia memang penting namun bukan menjadi hal yng paling penting. hidup sederhana menjadi pilihan untuk berpola hidup sehat pikiran kita. sooo,, perilaku yang sering tak bermanfaat alias hanya sekedar unruk menghibur diri sendiri maka tinggalkanlah. bukannya sok menggurui tapi ya emang sudah saatnya untuk mengerem ssuatu yang tak begitu diperlukan saat ini.
semangat @@

Jumat, 23 Juli 2010

Tulisan Cengeng

Kau dengar ini semua ? yang kurasa adalah suara hati rindu yang menggebu namun tak ada penyelesaian. Ini memang terlalu cengeng dan mendayu tapi inilah yang ada pada diriku untuk sekarang dan detik ini pula. Aku rasa perasaaan ini telah lama hinggap, mengendap dan merana dalam lubuk hatiku ini. Rasa ini bagimu atau mungkin bagi kalian adalah rasa yang mengada-ada dan tidak perlu menyelinap dalam isi otakku. Yang ku tahu adalah itu, kalian, dan semua yang telah terlewati. Dulu semua itu terasa membosankan dan cepat ingin melepasnya tapi apa yang terjadi ketika kita telah menyelesaikan, melewati, menghinggapi, merintih dalam masa yang tak lama itu? Aku rindu melakukan semua yang terasa bahagia, pedih, perih, suka, kagum, bangga dan semua rasa yang telah menusuk hati ini dengan panah hitam atau putih.

Sebenarnya tak ada kata yang pas dan cocok untuk menggambarkan semua, namun aku berusaha menuangkannya dalam kata-kata ini. Ketika berbicara tentang memori inilah yang terjadi hanya kata-kata yang cengeng dan riskan yang dapat dituangkan dalam tulisan ini.
Aku bukanlah penyair yang bisa membaurkan segala macam perasaan ataupun penulis ilmiah yang terkenal yang selalu mengangkat tema yang hangat diperbicangkan yang layak di dramatisasi dengan cara yang baik dan lugas namun aku hanyalah seorang penulis amatir yang hanya mampu menulis diatas kertas yang lusuh disertai segala pemikiran yang sangat sederhana,polos dan pasaran. Tak mampu seorang aku hanya menulis ini semua tanpa mengingat-ingat apa yang telah kita kerjakan.

Minggu, 02 Mei 2010

aku, teman wanitaku dan para lelaki itu

Aku, teman wanitaku dan para laki – laki itu

Hubungan ini seperti roller coaster. Sangat menukik ke atas dan terkadang menukik ke bawah. Sangat manis namun terkadang pahitnya minta ampun. Aku tak mampu menebak rasa apa yang bergemuruh didalam hatiku ini, namun jelas yang aku tahu ini adalah sebuah persahabatan yang sangat tidak sehat. Banyak kedengkian, persaingan, persekutuan disana. Aku hanya bisa diam ketika mereka berasyik – asyik mengobrol dengan bangganya dan aku hanya menunggu seorang teman wanitaku datang. Dan datanglah dia, aku pun tersenyum dengan sangat lebar dan ada rasa bangga yang muncul dalam hatiku seketika itu. Aku merasa ada hal yang perlu ku banggakan karena aku punya teman yang benar – benar teman, yang mengajakku mengobrol, yang selalu memahami perasaan masing – masing. Menjadi wanita yang berada disekitar laki – laki memang sangatlah berat. Yah di institusi ini kami para wanita yang ada hanya sekelompok hadir sebagai pelengkap saja. Terkadang mahluk yang disebut laki – laki itu memperhatikan dan mau bergaul namun seketika bisa saja berpaling dan mnenjauh dari para wanita. Aku merasa hanya ada satu teman wanita yang sama denganku yang mempunyai pemikiran yang sama. Kami adalah orang yang ter-asing dengan para teman wanita yang lain. Dulu sebelum aku bergaul dekat dengan teman wanitaku itu pernah aku berusaha bergaul dan menjadi bagian dari mereka itu, namun apalah hasilnya. Pengorbananku yang selalu membuntuti mereka pergi, yang selalu sakit ketika mereka bercengkerama dan aku yang selalu di sana tak di anggap sama sekali. Bahkan ketika ada salah satu dari mereka yang menawarkan makanan kepada yang lainnya hanya aku sendiri yang tidak di tawari dan ketika mereka saling berjanjian untuk membawa bekal dan aku pun tak tahu menahu tentang kabar itu. Aku tak tahu kebodohanku ini masih membuatku menjadi budaknya. Kepura – puraanku yang menganggap aku ini baik – baik saja masih menyelimutiku. Sebenarnya aku berduka dengan ketidakmampuanku membuat mereka para wanita itu tertarik dan bergaul denganku. Betapa menyerahnya aku, betapa bodohnya aku dan betapa sakitnya aku. Sakit sekali rasanya. Suatu hari mereka berkumpul ceria dengan senyuman yang tersungging indah dari wajah mereka dan aku yang sembunyi dari hati yang sakit dan menganggap ini adalah hal yang biasa walaupun sebenarnya tak biasa. Ketika itu teman wanitaku berkata kepadaku, ” Buat apa bergaul dengan mereka. Kita juga tak dianggap”, seketika itu aku sadar, aku tahu dan aku merasakan itu. Teman wanitaku itu memang benar. Menjadi bagian dari mereka hanyalah menjadi kacung yang lama – lama akan membusuk mati dan hilang tak tahu wujudnya. Setelah pemikiran lama yang kolot aku pun memutuskan untuk tidak terlalu mengemis – ngemis persahabatan kepada mereka. Aku pun mulai bergaul dan membaur bersama dengan teman wanitaku itu dan para teman laki – laki yang lain. Adaptasi bersama mereka bukanlah hal yang sulit bagiku. Mereka sangat bersahabat. Berada diantara mereka membuat aku semakin nyaman. Mereka benar – benar sahabat yang aku cari selama ini. Disisi sudut yang lain mereka para segerombolan teman wanita selalu bercengkerama tak kenal waktu dan selalu berusaha mengutamakan penampilan dan gengsi, itu bukan gaya hidupku, itu bukan keyang aku harapkan dan itu bukan aku. Beruntunglah yang selama ini aku cari telah kutemukan saat ini, yaitu teman wanitaku dan para laki – laki itu, sahabat yang benar – benar sahabat. Aku sudah tak merasakan lagi penyiksaan hati yang tak sadar telah aku lakukan dengan kebodohanku sendiri, aku yang dulu selalu menganggap diriku bahagia, aman dan nyaman membaur dengan segerombolan wanita itu. Manusia tak selalu bodoh, sebagaimna diriku juga. Aku sudah tidak dapat dibohongi oleh perasaanku sendiri. Aku ini merpati yang telah lepas dari belenggu perasaan kepura – puraan yang menyiksaku.